#Pertanian #Pertanian Cerdas #Energi Terbarukan #Tenaga Surya #Netralitas Karbon #EmisiGas Rumah Kaca #Pertanian Berkelanjutan #Keamanan Pangan #KeberlanjutanLingkungan.
Di sebuah rumah kaca yang terletak di lanskap indah Naju, Provinsi Jeolla Selatan, terjadi transformasi luar biasa di bidang pertanian. Paprika, tomat, apel, dan mangga tumbuh subur di lingkungan rumah kaca yang terkendali, dimana suhu, kelembapan, dan faktor penting lainnya dijaga dengan cermat. Apa yang membuat usaha pertanian ini benar-benar luar biasa bukan hanya kualitas hasil panennya tetapi juga pendekatan inovatif yang diperlukan untuk menghasilkan listrik: memanfaatkan energi matahari untuk mengurangi emisi karbon.
Sistem pertanian konvensional seringkali sangat bergantung pada bahan bakar fosil, sehingga berkontribusi signifikan terhadap emisi karbon dioksida dan memperburuk perubahan iklim. Namun, pertanian pintar inovatif di Naju ini memimpin upaya dekarbonisasi sektor pertanian. Menurut sekelompok ilmuwan internasional dari Institut Teknologi Industri Korea (KITECH), Universitas Sheffield, dan Universitas Hull di Inggris, sistem pertanian bertenaga surya ini dapat mengurangi emisi karbon hingga hampir 90 persen dibandingkan dengan sistem pertanian berbahan bakar fosil tradisional. sistem energi berbasis.
Diterbitkan dalam jurnal peer-review International Journal of Energy Research pada bulan Juli, penelitian mereka memperkenalkan sistem energi terdesentralisasi hibrida terbarukan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pemanas, pendingin, dan listrik di pertanian pintar di Korea Selatan. Perkembangan ini memiliki implikasi yang lebih luas, karena Korea Selatan, salah satu konsumen energi terbesar di dunia, berupaya mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 40 persen dari tingkat emisi tahun 2018 pada tahun 2030 dan mencapai netralitas karbon pada tahun 2050.
Pemerintah Korea Selatan telah menetapkan rencana ambisius untuk mentransisikan industri pertanian menuju keberlanjutan. Hal ini termasuk memperluas pertanian cerdas dan mengembangkan teknologi dan mesin produksi rendah karbon untuk mendukung tujuan negara dalam meningkatkan swasembada pangan dari 44.4 persen pada tahun 2021 menjadi 55.5 persen pada tahun 2027.
Inti dari sistem bertenaga surya ini terletak pada integrasi panel surya, pompa panas, dan penyimpanan energi. Panel surya menghasilkan listrik, yang menggerakkan pompa panas yang mampu mendinginkan dan memanaskan rumah kaca sesuai kebutuhan musiman. Sistem ini terhubung ke tangki air yang menyimpan dan mendistribusikan air panas atau dingin, memastikan kontrol suhu yang tepat. Untuk lebih mengurangi emisi karbon, boiler pelet kayu berfungsi sebagai sumber panas cadangan, memanfaatkan bahan bakar dengan emisi karbon rendah.
Yang Won, peneliti utama di KITECH, menekankan bahwa pertanian pintar ini merupakan bukti optimalisasi sistem energi dengan tujuan mengurangi emisi karbon secara ekonomi. Meskipun panel surya masih menjadi komponen sistem yang paling mahal, keterjangkauannya dapat ditingkatkan secara signifikan dengan kebijakan pemerintah yang mendorong penerapan energi terbarukan.
Terlebih lagi, tim peneliti tidak berhenti pada efisiensi energi. Mereka telah merancang metode untuk mengalihkan sejumlah kecil karbon dioksida yang dihasilkan oleh boiler pelet kayu ke dalam rumah kaca, sehingga meningkatkan fotosintesis dan pertumbuhan tanaman.
Ke depan, pertanian pintar siap menjadi landasan pertanian generasi mendatang, melengkapi inovasi lain seperti pertanian kota yang ditempatkan di dalam gedung. Yang Won menyoroti bahwa timnya secara aktif berupaya memperluas strategi optimalisasi sistem energi mereka ke sektor industri lainnya, seperti manufaktur dan produksi besi dan baja, sehingga berkontribusi pada tujuan yang lebih luas dalam mengurangi emisi gas rumah kaca di seluruh industri.
Kesimpulannya, pertanian pintar bertenaga surya di Naju, Korea Selatan, adalah sebuah harapan bagi masa depan pertanian yang lebih berkelanjutan. Dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan dan mengurangi emisi karbon, hal ini menunjukkan model praktik pertanian ramah lingkungan yang dapat menjadi contoh bagi sektor pertanian global. Ketika Korea Selatan berupaya mencapai netralitas karbon dan meningkatkan ketahanan pangan, pendekatan inovatif terhadap pertanian ini adalah contoh cemerlang bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menciptakan dunia yang lebih hijau dan berkelanjutan.